Bandung, 24 juli 2010
Tak terasa, satu setengah bulan kami lewati bersama. Biduk rumah tangga yang diawali dengan sebuah janji suci pada medio Juni kemarin. Banyak hal baru yang kami dapatkan. Kadang hal itu memang kami perkirakan sebelumnya, tapi tak jarang ada hal yang tidak kami pikirkan ketika masa-masa lajang dulu.
Seminggu setelah hari pernikahan, kami putuskan untuk mengontrak sebuah rumah. Bukan karena tidak mau tinggal dengan orang tua, tapi karena ada keinginan kami untuk bisa membangun rumah tangga secara totalitas. Hal itu pun setelah saya konsultasikan dengan istri dan orang tua.
Rumah sederhana yang kami tempati memang tak seindah yang dibayangkan. Letaknya di belakang kampus UPI, teman yang pernah bertamu mungkin tahu bahwa lebih tepat disebut pojok dunia. Pojok karena saking belakangnya. Tentu bukan karena sengaja memilih tempat yang pojok, tapi karena beberapa hal akhirnya kami memilih rumah tersebut. Rumah yang kami pilih sebagai tempat tinggal awal dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Dalam kurun waktu tersebut, proses adaptasi kami lalui setiap hari. Walau jangka waktu taaruf sampai akad nikah hanya sebulan, dan sebelumnya kami tak mengenal satu sama lainnya, Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat gusti Allah yang menjadikan proses adaptasi ini berjalan singkat, seolah kami sudah mengenal karakter dan sikap masing-masing.