Rabu, 24 Februari 2010
Selasa malam (23/02), langit terasa cerah. Segar rasanya ketika aku coba hirup udaranya. Entahlah malam itu orang-orang sedang sibuk melihat tayangan di TV terkait pandangan akhir fraksi-fraksi di DPR dalam kasus Century. Pemandangan seperti inilah yang membuat masyarakat Indonesia sepertinya akan menjadi masyarakat yang cerdas dalam hal politik ketimbang Negara-negara lain di dunia. Saya yakin dan percaya hal itu. Coba perhatikan, setiap tahunnya, masyarakat kita selalu dihadapkan dengan namanya memilih pemimpin. Dari mulai RT sampai Presiden. Bolehlah anda sebutkan, Negara mana di dunia yang sesibuk Indonesia dalam hal ini? Pasti tidak ada. Dan itulah alasan kenapa aku bangga pada negeriku ini.
Tepat di malam itu, 90 Km dari tempatku tinggal. Di kawasan perkebunan teh sebelah selatan Kota Bandung, daerah yang bernama Ciwidey terjadi sebuah musibah. Hujan deras yang terus-menerus akhirnya membuat tanah di sekitar sana longsor dan menerjang pemukiman warga. Diperkirakan 70 orang warga tewas tertimbun tanah. Rute yang sangat sulit ditempuh menyebabkan tersendatnya bantuan baik berupa bahan makanan, pakaian maupun para relawan yang akan membantu ke sana.
Musibah longsor ini hanya berselang empat hari dari meluapnya Sungai Cieunteung di Bale Endah Kabupaten Bandung. Lokasinya masih di Kabupaten yang sama. Tapi jangan kira, walaupun berada di Kabupaten yang sama tapi lokasinya sangat berjauhan. Kabupaten Bandung, sebelum dibagi dua dengan Kabupaten Bandung Barat merupakan Kabupaten terluas di Indonesia. Kabupaten yang ada di Papua saja ternyata tidak lebih luas dibandingkan dengan Kabupaten Bandung. Saya masih ingat, waktu jadi relawan Pilkada Kabupaten Bandung lima tahun lalu, saya ditempatkan di Desa Cipongkor Kec Cililin (waktu itu belum menjadi Kab. Bandung Barat). Tempat Pemungutan Suara (TPS) tempat saya menjadi pengawas, berada di kaki gunung. Perbatasan dengan Cianjur. Wuiih, sungguh itu merupakan salah satu perjalanan yang tak terlupakan.
Itu sekilas tentang Kabupaten Bandung. Bercerita tentang Ciwidey, tentu akan dipenuhi dengan bagaimana rute perjalanan ke sana yang melewati perkebunan teh dan hutan, dinginnya udara di sana serta yang paling berkesan adalah pemandangannya yang indah. Tapi dibalik itu semua, tersimpan cerita lain sejak malam ini. Ciwidey longsor, korbannya 70 orang. Semua tertimbun tanah.
Kita berdoa semoga keluarga yang ditinggalkan bisa diberikan kesabaran atas segala yang menimpanya. Saya tidak tahu, berada di lokasi pengungsian, tempat bencana terjadi, membuat diri saya semakin merinding. Entahlah pengalaman menjadi relawan di beberapa peristiwa bencana alam seperti ke Pangandaran Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan terakhir ke Sumatra Barat melatih instingku untuk lebih peduli terhadap peristiwa bencana alam.
Seorang bocah 3 tahun, berada di pelukan anda. Raut mukanya tak menunjukkan kesedihan, hanya sedikit cemberut saja karena Ia kalah bersaing mendapatkan makanan ringan itu. Entahlah, wajah bocah itu tak seperti ditinggal kedua orang tuanya yang meninggal beberapa hari lalu. Ya Rabb, aku tak tahan. Berikan hal serupa kalaulah aku seperti anak ini.
Pengalaman-pengalaman seperti itu yang menjadikan setiap tantangan adalah tahap yang harus dilalui untuk mencapai sebuah pencapaian. Saya masih ingat ketika Ramadhan tahun lalu, saya dan seorang teman yang tergabung dalam tim KRC KAMMI Pusat melaksanakan perjalanan ke Cianjur, Jawa Barat. Waktu itu Cianjur merupakan salah satu daerah yang terkena gempa bumi. perjalanan dari kota Cianjur ke lokasi bencana, bernama Cikangkareng sungguh tidak bisa kami lupakan. Bukan hanya kondisi jalannya yang gila! Ataupun karena dalam perjalanan kami stand up terus selama enam jam non stop. Tapi lebih dari itu. Di lokasi longsor, kami menemukan satu rumah diantara puluhan rumah yang hancur, tinggal puing-puingnya, akibat longsor bebatuan dari perbukitan, selamat dari terjangan sebuah batu besar. hanya berkisar satu meter saja, batu besar itu bisa saja menimpa rumah kecil yang terbuat dari bambu itu. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Teman, penghuninya adalah seorang yang rajin beribadah. Subhanallah.