Hingga empat belas bulan ke depan, ada beberapa aktivitas yang harus saya lakukan. Aktivitas tersebut merupakan bagian dari program Civil Society Initiative Against Poverty (CSIAP) tahap II. Program kerja sama antara The Asia Foundation (TAF) dengan lembaga tempat saya bernaung, Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO). PATTIRO merupakan organisasi non-pemerintah yang bertujuan untuk mendorong terwujudnya good governance dan mengembangkan partisipasi publik di Indonesia khususnya pada level lokal.
Salah satu aktivitasnya adalah researcher untuk Local Budget Survey (LBS) Provinsi Jawa Barat. pekerjaan ini merupakan pengalaman pertama bagi saya. Walaupun perdana, hal ini bukanlah barang baru. Pada bulan Januari kemarin, saya pernah terlibat dalam pembuatan analisa pustaka makro efektivitas keuangan daerah Provinsi Jawa Barat tahun anggaran 2007-2010. Saya ucapkan terima kasih kepada Pak Jandi,MM,MBA yang mengajarkan bagaimana caranya untuk serius dalam belajar. Setiap kali memulai diskusi beliau selalu bertanya terlebih dahulu, “Mau Belajar?”, ujarnya. Proses diskusi pun akhirnya berjalan dari bada Isya sampai lewat tengah malam. Kadang saya sebagai anak muda malu juga ketika ngantuk duluan. Hal ini kami lakukan selama enam hari dalam tiga minggu pertemuan berturut-turut. Sungguh, akhirnya saya pun merasakan manfaatnya bagaimana seorang pegiat sosial harus belajar sangat serius tentang pekerjaannya. Sekali lagi sangat seriusss.
Hal yang paling berkesan adalah ketika saya mengikuti rapat paripurna penetapan RAPBD Kabupaten Sumedang pada 20 Januari kemarin. Saya ikuti dari awal persidangan sampai selesai. Dan pada akhirnya diskusi-diskusi yang saya lakukan dengan Pak Jandi pun sedikitnya terbukti. Setidaknya disini.
Setelah selesai persidangan, saya sempatkan untuk bertemu dengan Ketua DPRD, Pak Yaya Widarya. Saya diterima langsung di ruangannya. Beliau dari PDI Perjuangan, partai pemenang pemilu di Sumedang. Kami berdiskusi tentang APBD yang baru ditetapkan tadi, tentang struktur pendapatan belanjanya, tentang kaitannya dengan KUA-PPAS, RPJMD,dll. Hal yang paling mencengangkan adalah tentang alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan senilai Rp 21 Miliar. Dana sebesar itu adalah anggaran bantuan pemerintah pusat dan provinsi untuk Kab. Sumedang tahun anggaran 2009. Tetapi dana tersebut baru dicairkan pada 31 Desember 2010. Entah, saya tidak tahu apa kerjaannya legislatif di sana. Yang jelas, dana Rp 21 Miliar akhirnya menjadi Silpa untuk tahun anggaran 2010. Dan pada akhirnya, DAK Pendidikan untuk tahun 2009 pun tidak terealisasi.
Perjalanan menelusuri anggaran pun dimulai. Setelah Sumedang, setidaknya saya bertemu langsung dan berdiskusi dengan teman-teman di Kota Tasikmalaya, Ciamis, Kota Cirebon dan Indramayu. Walau tahapnya masih kajian belum sampai pada studi. Sebagai bahan diskusi, mereka diharuskan membawa APBD tahun 2010.
Ah, saya sudah kadung cinta dengan pekerjaan ini. Waktu kemarin di Semarang, saya diingatkan oleh seorang teman, “Pekerjaan sebesar apapun janganlah membebani kita, tapi anggap itu sebagai sarana up-grade, mengembangkan diri kita untuk lebih baik.” Dan saya pun meyakini itu. Bukankah setiap pekerjaan yang niatnya mencari ridha Allah akan mendapat keberkahan-Nya. Semoga waktu dan kerja keras yang membuktikan itu semua. Amiin.