Friday, July 17, 2009
Cabut Pungutan Sekolah yang Diskriminatif!
Proses Penerimaan Siswa Baru (PSB) yang sudah berlangsung beberapa pekan ini banyak menuai protes dari masyarakat. Bukan sekedar hiruk pikuk Masa Orientasi Siswa (MOS) dengan segala tetek bengeknya, tetapi masalah terkait sumbangan dana pendidikan yang diberlakukan pihak sekolah kepada para siswa baru. Di Purwakarta Jawa Barat misalnya, sebuah SMA Negeri Favorit mematok sumbangan dana pendidikan RP 10 juta kepada setiap siswa baru. Alhasil, para orang tua yang mempunyai siswa berotak cerdas pun hanya diam tak berdaya, pasrah dan hanya mampu memasukkan anaknya ke sebuah SMK Swasta karena sumbangannya RP 1,3 juta. Otak cerdas sang anak kandas ditelan kapitalisnya sistem yang dibuat sekolah.
Sekolah yang menjadi tujuan pertama sang anak tersebut termasuk Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Jenis sekolah ini berbeda dengan sekolah lain, karena mempunyai kelebihan dari berbagai faktor. Faktor yang paling penting adalah prestasi yang dicapai oleh sekolah dalam hal akademis para siswanya, disamping dengan berbagai faktor-faktor lainnya. Karena statusnya sebagai Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI), maka sekolah jenis ini mendapat subsidi dari APBD dan APBN.
Dengan besarnya sumbangan dana pendidikan yang diberlakukan sekolah maka hal ini menunjukkan telah terjadi diskriminasi dalam dunia pendidikan. Sekolah membatasi kebijakannya hanya untuk orang-orang yang berduit. Dunia pendidikan semakin kapitalis, dengan menjadikan materi diatas segala-galanya dan meninggalkan arti sebuah humanisme. Pemerintah sebagai penanggungjawab pendidikan harus turun tangan menghadapi masalah ini. Setelah kekisruhan terkait dengan pelaksanaan Ujian Nasional (UN), kita tidak ingin masalah lain timbul ditengah segala permasalahan yang menimpa bangsa ini. Atas dasar itu, alangkah baiknya kalau pemerintah dengan segera mencabut kebijakan sumbangan yang diskriminatif tersebut.
Di sisi lain, kita pun menghargai ada pemerintah daerah yang menerjunkan langsung tim auditornya untuk mengevaluasi penggunaan sumbangan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) di daerahnya. Tetapi sayang, kebijakan ini cukup terlambat karena siswa baru yang menjadi inti permasalahan telah terseleksi lewat jalur pembiayaan sumbangan ini.
...
Bandung, 17 Juli 2009
at
2:26 AM