(Hati-hati menulis bisa menyebabkan Anda lupa makan, minum, mandi dan telat lulus kuliah. Waspada, pelototin terus target-target Anda sebelum siap menulis. Waspadalah, waspadalah!)
0/essay_writing.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5364035207692357122" />
Kaidah dalam menulis adalah tulislah idemu sepanjang kau bisa menggali ide tersebut. Jangan terlalu khawatir dengan isi tulisan, jangan terlalu banyak mengulang terlebih dahulu tulisan yang telah dibuat, plus larangan-larangan lainnya yang dengan itu bisa menghalangi niatmu untuk menulis. Intinya adalah bagaimana kamu masuk dalam ruang bebas yang bernama ruang tulis menulis.
Dunia tulis menulis memiliki keistimewaan tersendiri bagi para pencintanya. Adanya dialog monologis yang dilakukan oleh setiap orang sebelum dia mempublish tulisannya menjadi hal yang sangat berbau intelek. Tetapi ada satu hal yang kadang luput dari perhatian para penulis, yaitu karena keasyikan menulis mereka lupa dengan makan, minum, dan yang paling berbahaya kebiasaan mandi pagi dan sore kadangkala malah di jamak. Halah, kalau sudah seperti ini siapapun tidak bisa menghalangi si penulis untuk terus mengetik tuts keyboardnya. Of course kecuali pas waktu shalat tiba tentunya.
Sedikit cerita, dulu ketika masih awal-awal kuliah di tahun 2004 saya mempunyai tekad untuk menulis setiap hari. Alhamdulillah tekad tersebut masih mendarah daging sampai sekarang. Dengan banyak menulis banyak hal yang saya dapatkan. Dari mulai pengetahuan baru, teman baru, lingkungan baru sampai hal-hal yang kadang bikin saya nyengir sendiri. Weiss, itu jaman dulu, beda dengan sekarang. Karakter tulisan, alur, gaya penulisan memang mengalami perubahan seiring waktu berjalan. Tetapi satu hal yang tidak berubah, yaitu karakter tulisan yang harus sesuai dengan fatsun gerakan mahasiswa. Yap! Cirinya menggebu-gebu, penuh semangat, blak-blakan dan so pasti harus full throtle!
Efek lain karena keseringan menulis yaitu masa perkuliahanku yang belum juga kunjung usai sampai semester sepuluh ini. Saya memang pernah meninggalkan jejak sebanyak dua semester penuh untuk konsentrasi dalam bidang menulis ini. Waduh, mengingat hal itu kadang jadi sedih dan lucu juga. Di satu sisi, jelas karena nilai IPK yang bukan lagi turun tapi ambruk ke tanah lapis tujuh karena dari delapan mata kuliah yang lulus hanya dua mata kuliah. Sadar nggak sih dengan itu kamu buat kesalahan?
Pada awalnya memang sangat sadar, sebagai anak lelaki satu-satunya harapan bangsa yang dilahirkan khusus dari satu ibu, saya ceritakan semuanya kepada ibu, bapak, kakak perempuan sampai dua adik perempuanku yang kala itu masih pake seragam putih-merah dan putih-biru. Kalau anda pernah menonton film Kambing Hitam-nya si Radityha, pas adegan disidang plus kena marah ibunya, dulu juga saya hampir sama dengan si Radit ini. Tapi bedanya, kalau dia nilainya ambruk gara-gara terlalu sering main dengan si Hariyanto, kalau saya terlalu sering bergulat dengan yang namanya buku dan komputer. Btw, ada satu lagi bedanya, walaupun begitu, Mas Radit ini dapat status resmi gelar penulisnya lebih duluan ketimbang diriku. Wah, mungkin belum saatnya kali ya. Jadi ingat sama nama grup musik rock, Superman isn’t dead!
Kategori tulisan: Tidak terlalu serius!