Monday, July 20, 2009
Silaturahim dengan Habib Rizieq (Ketua Umum DPP Front Pembela Islam)*
Kemarin malam (19/7) saya diundang oleh salah seorang rekan dari FPI Kota Bandung untuk bersilaturahim dengan Habib Rizieq, Ketua Umum DPP FPI. Pada kesempatan itu, Habib yang baru saja kembali dari tahanan beberapa minggu lalu ini langsung datang dari Jakarta untuk memberikan tausiyah terkait dengan peringatan Isra Mi’raj 1430 H dan Milad ke-3 DPC FPI Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Saya bersama Saudara Ikhlas, perwakilan dari KAMMI, berangkat dari Kota Bandung sekitar pukul 18.30 WIB. Kami meluncur menuju Masjid Raya Kota Cimahi untuk bertemu dengan rekan kami dari FPI. Ba’da Shalat Isya kami pun berangkat menuju tempat kegiatan di Kelurahan Jaya Mekar Kab. Bandung Barat, tepatnya di depan kediaman Habib Hasan Al Idrus, pengurus FPI Kab. Bandung Barat.
Alhamdulillah, kami sampai disana sekitar pukul 20.30 WIB. Ratusan motor sudah berjajar dengan rapih mendahului kedatangan kami. Tidak ketinggalan pula beberapa mobil polisi pun ikut menghadiri acara tabligh akbar ini. Habib Rizieq yang ditunggu-tunggu ternyata sudah berada di lokasi, beliau sedang rehat sebentar di rumah Habib Hasan Al Idrus yang letaknya hanya 10 meter dari tempat tabligh akbar.
Tidak lama setelah itu, kami diundang masuk ke rumah beliau. Disana sudah nampak beberapa pengurus FPI dari berbagai daerah di Jawa Barat beserta para Habib dari Kab. Bandung Barat dan sekitarnya. Kami bersalaman dengan Habib Rizieq dan dipersilahkan duduk tepat dihadapan depan beliau. Bagi saya, momen seperti ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri, karena bisa duduk berhadapan dengan salah satu tokoh Islam Indonesia yang istiqomah dengan perjuangannya. Setidaknya beliau sudah hampir 10 tahun memimpin FPI. Setelah itu, kami diperkenalkan kepada beliau. Tidak lupa kami sampaikan maksud dan tujuan kedatangan kami, beserta ucapan salam dari teman-teman KAMMI yang lain.
Habib Rizieq tidak seperti yang digambarkan oleh media kebanyakan. Kita selalu diprovokasi bahwa image beliau seakan-akan adalah tokoh Islam radikal, tokoh yang selalu menghantam yang dianggapnya maksiat tanpa basa-basi, dan tokoh yang dicap sebagai salah satu teroris di Indonesia. Image ummat pun terbawa, seolah beliau adalah orang yang digambarkan oleh media-media tersebut.
Sejak awal saya berkeyakinan bahwa Habib Rizieq bukanlah orang seperti itu. Hingga akhirnya, saya bisa bertemu dan berdiskusi langsung dengan beliau. Pembawaan beliau yang kalem, penuh kharisma, bersahabat, sangat terlihat dengan jelas meskipun beliau baru keluar dari tahanan.
Di ruangan tempat kami berada hanya disi oleh sekitar 10 orang saja, termasuk Habib Rizieq. Sisanya berada di luar. Beberapa orang di samping saya merupakan para tokoh FPI di daerahnya masing-masing. Kurang lebih satu jam kami berdiskusi. Banyak hal yang kami diskusikan terutama terkait dengan isu terkini yang sedang terjadi.
Diskusi Awal
Sebagai awalan, kami sampaikan ucapan turut berbahagia karena beliau masih dalam keadaan sehat wal’afiat pasca keluar dari tahanan beberapa minggu yang lalu. Saya pun mengucapkan selamat atas terselesaikannya studi S3 beliau di Malaya University. Terakhir saya tahu karena membaca biodata beliau di Majalah Sabili edisi terbaru minggu ini. Sambil sedikit tertawa, beliau menanggapi bahwa studi S3 beliau tinggal penyelesaian disertasi. tetapi karena ditahan, beliau haru rehat satu tahun. ‘Ana tinggal disertasi. Tetapi harus istirahat dulu setahun karena dipenjara, ujar Habib yang mengambil jurusan Syariat Islam di Malaya University ini. Beliau pun meralat bahwa biodata yang dicantumkan di Sabili kurang tepat. Saya pun hanya mengangguk tanda mengerti.
Ada beberapa pertanyaan yang saya sampaikan kepada beliau, dan beliau langsung menjawabnya. Diantaranya adalah:
1.Terkait dengan dukungan beliau selaku Ketua Umum FPI terhadap JK-Win pada pilpres kemarin. Alasan yang diberikan adalah karena pasangan ini apabila terpilih mempunyai komitmen untuk siap membubarkan Ahmadiyah. Ini yang dijadikan alasan utama. Lebih jelas kenapa harus mendukung JK-Win, bisa dilihat di website resmi FPI;
2.Terkait dengan hasil Pilpres, bagaimana sikap Habib? Beliau menjawab bahwa siapapun yang menjadi Presiden harus kita terima. Tetapi di sisi lain beliau berpendapat bahwa pasangan SBY-Boediono merupakan kepanjangan tangan asing yang tidak bisa diharapkan untuk membubarkan Ahmadiyah. Perjuangan ummat akan semakin berat ketika SBY kembali memimpin negeri ini;
3.Bagaimana pendapat Habib terkait dengan Partai Politik Islam sekarang? Beliau tetap mendukung Partai Politik berasaskan Islam yang memperjuangkan kepentingan ummat. Beliaupun menyadari bahwa saat ini, sikap yang diambil oleh partai politik Islam dengan Ormas-ormas Islam mengalami perbedaan. Begitu juga dengan internal Ormas Islam sendiri. Oleh karena itu beliau mengajak kepada setiap elemen untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, ditengah cengkraman asing yang terus-menerus memperkeruh bangsa ini;
4.Ketika ada rekan yang lain menjelaskan tentang fenomena maraknya rentenir/bank keliling, Habib berpendapat bahwa pemerintahan saat inipun tidak lepas dari sistem rentenir;
5.Saya menanyakan pendapat Habib terkait insiden bom di hotel JW. Marrriot dan R.C. beliau hanya tersenyum sambil menunjuk, ‘Insya Allah ana sampaikan nanti pas di sana (panggung,red)”.
Sekitar pukul 22.00 WIB, pembawa acara lewat pengeras suara mempersilahkan Habib untuk naik ke atas panggung. Kami pun bersama beliau menuju ke atas panggung, mengikuti dari belakang.
Tausiyah Habib
Sekitar 700-an orang dari berbagai usia dan kalangan sudah berada di lokasi acara dengan tertib. Tempat antara laki-laki (ikhwan) dan perempuan (akhwat) dipisah. Para jamaah yang hadir lebih banyak berasal dari Kab. Bandung Barat, Kota Bandung, Kab. Bandung, Kota Cimahi, Kab. Cianjur, Kab. Tasikmalaya, dan Kab. Purwakarta. Mereka datang rombongan menggunakan sepeda motor maupun mobil.
Ringkasan tausiyah yang beliau sampaikan saya tulis dalam 4 bagian, yaitu:
A. Peringatan Hari bersejarah Islam
1.Urgensi memperingati hari-hari bersejarah Islam adalah untuk meneguhkan jiwa kaum muslimin. Landasannya adalah Q.S. Hud: 120. Umat Islam membutuhkan cerita perjuangan para Nabi dan Rasul untuk meneguhkan jiwa mereka. Dengan ini, semangat kita bisa terpompa dan energi untuk menegakkan kalimat Allah bisa terus meningkat. Allahu Akbar!;
2.Bulan Rajab merupakan bulan suci, dimana Allah mengharamkan pada bulan ini untuk menumpahkan darah. Dalam Q.S. Taubah: 30, di bulan ini pelaksanaan Hudud dan Qishas pun tidak dihentikan sementara. Pada bulan yang suci ini, dilarang melakukan peperangan, kecuali musuh yang menyerang terlebih dahulu. Oleh karena itu, kita sangat prihatin telah terjadi pengeboman di bulan yang suci ini. Kita prihatin sekaligus mengecam dengan tegas peristiwa ini!
B. Pengeboman di hotel J.W. Marriot dan R.C.
1.Pernyataan Presiden SBY terkait dengan pengeboman di JW Marriot dan R.C. bahwa ada kaitan antara peristiwa tersebut dengan pihak yang tidak puas atas hasil Pilpres merupakan pernyataan yang bersifat provokatif, gegabah, emosional dan sangat bodoh. Provokatif karena pernyataan tersebut menimbulkan kecurigaan bahwa pelaku pengeboman merupakan pihak yang tidak puas dengan hasil Pilpres. Misal, kalau kita tanya Megawati ataupun JK apakah mereka puas dengan hasil Pilpres, maka jawaban mereka pasti tidak puas. Oleh karena itu, dengan pernyataan SBY mereka pun bisa jadi pelaku pengeboman karena tidak puas dengan hasil Pilpres. Sungguh pernyataan yang gegabah karena bisa menimbulkan konflik diantara para pendukung capres yang lain;
2.Menurut Habib, pernyataan ini menunjukkan bahwa SBY sangat panik. Seharusnya sebagai seorang presiden, SBY harus hati-hati dalam memberikan pendapat. Seharusnya biarkan proses pemeriksaan berjalan terlebih dahulu, kita serahkan sepenuhnya kepada pihak keamanan untuk menyelidikinya. Ini sikap yang bijak! Bukan langsung asal ngomong saja. “Presiden kok kayak SD nggak lulus saja”;
3.“Kalau orang panik bisa jadi goblog!”, ujar Habib. Pendapat Habib ini memang sangat beralasan karena sebagai seorang presiden seharusnya SBY bisa menjaga situasi, bukan malah memperkeruh keadaan dengan mengeluarkan pernyataan yang bersayap;
4.Habib mengajak kepada ummat Islam untuk menjaga persatuan dan kesatuan, jangan terpengaruh adu domba dan umat harus siap waspada. Habib dengan lantang berteriak, “Siap Waspada?”, para jamaah pun dengan serentak menjawab, ‘Siap!!’, “Siap Waspada?”, lanjut Habib, “Siap!!” para jamaah kembali dengan teriakan yang lebih lantang sambil tidak lupa mengepalkan tangannya ke atas. Allahu Akbar!.
C. Sikap Pejuang Islam
1.Tancapkan keikhlasan dalam setiap perjuangan yang dilakukan. Tidak boleh berputus asa, karena putus asa merupakan musuh bagi para pejuang. Apabila setiap perjuangan dilakukan dengan penuh keikhlasan maka tidak ada istilah putus asa;
2.Istiqomah dalam perjuangan baik ketika ditimpa suka maupun duka. Ukuran kemenangan adalah ketika pejuang Islam istiqomah dalam perjuangannya.
D. Medan Juang Ummat
Medan juang ummat Islam terdiri dari empat yaitu dakwah, Amar ma’ruf, nahyi munkar, dan jihad. Setiap medan mempunyai karakter tersendiri. Setiap medan mempunyai ayat perintah masing-masing dan harus tepat dalam menempatkannya. Kerancuan memahami ayat Allah SWt dalam penempatannya dengan masing-masing medan akan berakibat fatal.
Pada kesempatan kali ini, hanya tiga bagian yang akan kita jelaskan. Semua memakai contoh yang diambil dari hadist nabi. Pertama, dakwah. Anak usia di bawah tujuh tahun belum diperintahkan untuk shalat, tetapi hanya diajak. Proses mengajak ini kita sebut dakwah; Kedua, amar ma’ruf. Dalam hadist apabila anak telah berusia tujuh tahun maka suruhlah untuk shalat. Kalimat menyuruh menunjukkan amar ma’ruf. Kalimat menyuruh mengandung perintah untuk melakukan sesuatu; Ketiga, nahyi munkar. Apabila anak telah berusia sepuluh tahun dan tidak mau melaksanakan shalat maka pukullah anak tersebut. Makna pukulan ini adalah hukuman, namun memukul anak harus dengan rasa kasih sayang.
Diskusi Pamungkas
Waktu menunjukkan pukul 23.30 WIB. Sebelum menutup tausiyahnya, beliau mengajak semua jamaah yang hadir untuk menyanyikan hymne FPI sebagai bagian dari memperingati milad ke-3 DPC FPI padalarang, Kab. Bandung Barat. Sekitar 15 menit beliau beserta jamaah menyanyikan hymne tersebut. Saya sendiri tidak hafal hymne ini. Tetapi sebagian liriknya saya tahu dari beberapa koleksi nasyid di memori saya, sehingga tidak sulit untuk mengikutinya. Pukul 23.45 WIB acara pun selesai dan kami pun bersama rombongan kembali ke kediaman Habib Hasan Al Idrus.
Kami turun dari panggung agak terakhir, karena harus membereskan laptop dan buku catatan saya. Ketika tiba di kediaman, ruangan tempat Habib Rizieq sudah penuh. Kami pun berencana duduk di luar ruangan saja. Tak masalah yang penting bisa duduk. Tetapi sebelum duduk, saya agak terkejut ketika tiba-tiba beliau memanggil kami untuk masuk ke dalam ruangannya dan menunjuk supaya kami duduk di dekat beliau. Subhanallah.
Setelah semua duduk dengan rapih, jamuan makan malam dari sang tuan rumah pun dihidangkan. Makanan khas ala sunda plus dengan sambal hejo-nya sangat terasa nikmat walaupun jam menunjukkan pukul 24.00 WIB. Subhanallah, dalam hati saya berpikir ini yang namanya makan malam. Makan tepat pukul 24.00 WIB, pas jam di dinding berdering 12 kali.
Setelah semua beres, niat saya untuk memulai pembicaraan dengan Habib Rizieq kembali muncul. Walaupun saya agak sungkan untuk kembali bertanya, tapi pengalaman waktu diskusi awal setidaknya menunjukkan bahwa beliau sangat akomodatif dengan pertanyaan-pertanyaan. Yang jelas asal timing-nya tepat.
Pertanyaan yang sudah disimpan dari tadi saya munculkan kembali. “ Habib, perkembangan politik terakhir menunjukkan ada perbedaan yang cukup tajam antara Parpol Islam dengan Ormas Islam, termasuk FPI di dalamnya. Dengan seruan Habib tadi tentang persatuan dan kesatuan, apakah FPI siap menjadi pelopor persatuan antara Ormas dan Parpol Islam?” Habib menjawab, “ Pada dasarnya kita akan mendukung parpol berasaskan Islam yang memperjuangkan kepentingan ummat. Terkait dengan persatuan dan kesatuan, kita ada wadahnya yaitu Forum Umat Islam (FUI). Pembubaran Ahmadiyah pun muncul lewat FUI ini. Dan FUI cukup efektif sampai sekarang”. Diakhir kalimat Habib menyatakan komitmennya untuk terus merajut ukhuwah Islamiyah diantara ormas Islam.
Pukul 00.30 WIB pertemuan kami pun berakhir. Beliau harus kembali pulang ke Jakarta. Kami pun bersalaman dan saling berpelukan. Sungguh, walaupun ini pertemuan pertama bagi kami, saya sudah tak sungkan lagi berpelukan dengan beliau. Saya jadi ingat perkataan Hasan Al Banna, syarat perubahan itu ada dua, hikmahnya orang tua, dan semangatnya pemuda. Dalam perjalanan pulang saya berpikir, malam ini setidaknya saya menemukan makna dari perkataan itu. Pukul 02.00 WIB saya pun pulang dengan selamat. Tekad pun kembali dipancangkan, semoga besok pagi lebih baik daripada hari kemarin. Insya Allah []
Wallahu’alam bishshawab.
Bandung, 20 Juli 2009
*Ditulis oleh Ramlan Nugraha, Ketua Departemen Kebijakan Publik
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Wilayah Jawa Barat.
at
5:09 PM