Bandung, 31 Maret 2010
Selamat Milad ke-12 KAMMI*
[Hanya tuk berbagi, tak lebih..]
Tanggal 29 Maret kemarin KAMMI berusia dua belas tahun. Melihat sejarah awal pembentukannya, lahirnya KAMMI jelas tidak bisa dilepaskan dari gerakan tarbiyah yang dibidani oleh Ikhwanul Muslimin. Organisasi dakwah pimpinan Hasan al Banna di Mesir. KAMMI lahir oleh para aktivis gerakan tarbiyah di Indonesia dengan tujuan sebagai wadah perjuangan calon pemimpin negeri ini. Hal tersebut sangat jelas termaktub dalam visinya yang dapat kita bagi menjadi tiga bagian, pertama wadah perjuangan permanen, kedua, calon pemimpin bangsa, dan ketiga, mewujudkan bangsa dan negara yang Islami.
Referensi utama sejarah kelahiran KAMMI hanya bisa kita lihat dari buku karya Mahfudz Siddiq. Tidak ada yang lain. Proses pengkaderan di KAMMI mengharuskan semua anggota menjadikan buku tersebut sebagai salah satu bacaan wajib. Kita menyebutnya daftar Manhaj Tugas Baca (Matuba).
Sejak kelahirannya, KAMMI telah mewarnai percaturan gerakan politik Indonesia. Struktur organisasinya pun kini mengalami perapihan. Mulai dari tingkat komisariat, daerah, wilayah dan pusat. Profesionalitas disiplin ilmu anggota KAMMI semakin berkembang, jumlahnya pun semakin meningkat. Kesadaran untuk memperbaiki organisasi bak cendawan di musim hujan, selalu bermunculan semangat baru yang lebih heroik tiap tahunnya.
10 Tahun Kebersamaan
Saya masuk KAMMI pada tahun 2004. Sampai sekarang kebersamaan dengan organisasi ini tidak pernah hilang atau luntur sekalipun. Enam tahun sudah menemani KAMMI, dan saya bangga menjadi bagian dari gerakan dakwah ini.
Tahun 1999, saat itu masih kelas dua SMP, mulai berkenalan dengan dunia politik. Musim kampanye membuat saya ikut ketiban rezeki, bisa bersalaman langsung dengan Yusril Ihza Mahendra, pimpinan partai pilihan di keluarga kami. Kakak yang saat itu menjadi bendahara partai di Kabupaten adalah orang yang pertama kali mengenalkan saya pada dunia politik. Mengenal istilah Muktamar atau Mukernas pun gara-gara sering ikut bersamanya. Sampai akhirnya kekecewaan pun tiba. Partai terbelah, ada kubu Yusril Ihza dan Hartono Mardjono. Hasil Muktamar memenangkan Yusril Ihza Mahendra sebagai Ketua Umum, sedangkan kubu Hartono Mardjono, Abdul Qadir Djaelani kalah. Bersama mereka, akhirnya kakak saya mengundurkan diri dari partai. Katanya, perjuangan telah dikhianati. Ah, saat itu saya masih plingak-plinguk.
Hingar bingar peringatan tahun 2000 turut membuat decak kagum. Kali ini dengan nuansa yang berbeda. Saya mengikuti semacam renungan akhir tahun di Masjid Bank Indonesia, Jakarta Pusat. Sempat terperangah saat itu: peserta yang hadir luar biasa banyak, mayoritas laki-lakinya anak muda berjenggot, persis seperti yang mengajak saya ke tempat ini. Satu lagi yang membuat kagum, semangat yang menyala-nyala dari si penceramah. Tanpa tahu siapa beliau, saya terus merangsak ke posisi depan.
Tahun 2004. Siapa penceramah waktu empat tahun yang silam akhirnya terjawab sudah. Namanya Ust Rahmat Abdullah, salah satu tokoh partai Islam di Indonesia. Saya mengenalnya ketika mengikuti Daurah Marhalah I KAMMI di Bandung. Luar biasa, energinya masih terus menyala. Dan di tahun yang sama pula, akhirnya saya baru tahu bahwa yang mengajak saya ke Jakarta waktu itu adalah mantan ketua KAMMI Institut Teknologi Bandung.
Inilah kebersamaan itu. Menunggu waktu empat tahun untuk bisa ikut organisasi ini. Hingga akhirnya ketika pertama kali di terima menjadi mahasiswa, saya pun memutuskan masuk KAMMI. Kini, kebersamaan itu masih sama. Tetap bangga bisa menjadi anggota gerakan mahasiswa yang paling heroik di Indonesia. Selamat milad KAMMI, selamat milad kawan-kawan. Allahu akbar!!
In Memoriam: 2000-2010
*) KAMMI: Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Organisasi mahasiswa muslim yang didirikan di Malang, 29 Maret 1998.