Tuesday, May 12, 2009

Sikap KAMMI Pusat Mengecewakan !

Oleh : Ramlan Nugraha
Ketua Departemen Kebijakan Publik
KAMMI Wilayah Jawa Barat Periode 2008-2010



Pernyataan sikap KAMMI yang disampaikan langsung oleh Saudara Ketua Umum, Rahmantoha Budiarto di Tv One pada Selasa pagi, 12 Mei kemarin seolah menjadi indikasi bahwa gerakan mahasiswa tidak ubahnya seperti kuda tunggangan para elite politik yang sedang berkuasa.

Dalam perspektif content yang diangkat, kita melihat ada satu kesefahaman diantara kita bahwa Capres dan Cawapres yang mendukung neoliberalisme dan titipan asing tidak layak untuk memimpin bangsa ini. Dalam hal ini jelas prinsip fairness dan independent telah ditunjukkan oleh KAMMI sebagai bagian dari gerakan mahasiswa.

Tetapi dalam perspektif kondisi politik kontemporer yang sedang terjadi, sungguh sangat disayangkan statement yang disampaikan menunjukkan adanya logika politis bahwa KAMMI telah masuk dalam ranah depak-mendepak dan dukung-mendukung Capres dan Cawapres tertentu.

Dalam beberapa hari ini, publik dengan jelas bisa melihat kekisruhan yang sedang terjadi di dalam internal koalisi besar (PD,PKS,PAN,PPP dan PKB). Masalah tersebut timbul ketika SBY selaku Calon Presiden dari koalisi ini memberikan signal untuk memilih Boediono sebagai Cawapresnya. Jelas hal ini mengundang protes dari semua parpol dalam koalisi, karena mereka kadung telah memberikan opsi nama-nama Cawapresnya kepada SBY. Proses komunikasi politik SBY dan Partai Demokrat yang dianggap tidak transparan dalam menentukan Cawapres seolah menumbuhkan kembali rezim kediktatoran di Republik ini. Tetapi alih-alih untuk mendapatkan jawaban dan rasionalisasi yang jelas, kritik pedas parpol-parpol tersebut tak ubahnya dianggap angin lalu oleh SBY.

Hari-hari ini merupakan bagian dari tahapan titik klimaks politik bagi parpol yang bergabung dalam koalisi pengusung SBY. Para pengurus pusat dari PKS,PAN,PPP dan PKB hampir setiap hari hilir mudik memberikan pendapat dan komentarnya terkait dengan sikap PD dalam hal ini SBY tentang komitmennya dalam proses demokrasi koalisi besar ini. Tidak jarang kita melihat, nada-nada kekecewaan terlihat jelas dari muka para elite parpol-parpol ini.

Di saat klimaks inilah, teman-teman KAMMI Pusat yang sebelumnya telah mengagendakan rekonsialiasi nasional dan bersiap melakukan komunikasi politik dengan siapapun yang akan menjadi Capres dan Cawapres nanti, bahkan bersiap juga bertukar pikiran dengan para calon menteri tentang mazhab kebijakannya, tampil menyuarakan agar masyarakat tidak memilih Capres dan Cawapres pengusung neoliberalisme dan titipan asing. Jelas, publik melihat hal ini merupakan fact campaign kepada Boediono selaku Cawapres yang kemungkinan besar dipilih oleh SBY. Sekali lagi, dilihat dari perspektif content kita ada persamaan, tetapi dari sudut timing politic sungguh sangat disayangkan hal ini dilakukan oleh organisasi sebesar KAMMI. Harga politik yang sangat mahal bagi ukuran KAMMI.

Langkah ini tentu sangat kontradiktif dengan pernyataan sikap sebelumnya yang menyatakan bahwa KAMMI akan melakukan komunikasi politik dengan para Capres dan Cawapres siapapun itu dan darimana pun partainya. Dengan statement terbaru ini, tentu akan menimbulkan sedikit gap dan friction hubungan yang akan dibangun dalam proses langkah politik selanjutnya.

Atas nama pribadi, saya sangat menyayangkan sikap yang telah dilakukan oleh teman-teman KAMMI Pusat. Kita berharap, tahapan demokrasi ini tidak membuat kita terjerat dalam kubangan-kubangan pragmatisme semata. Ada langkah strategis yang seharusnya dilakukan sebuah gerakan mahasiswa dalam mengarahkan bangsa dan negara ini ke jalur yang lebih baik.

Sebagai penutup, mohon maaf bila ada redaksi kata yang kurang berkenan. Tanpa bermaksud menyudutkan siapapun, tulisan ini murni untuk perbaikan dan kemaslahatan organisasi. Kritik dan saran yang sifatnya membangun, sangat diharapkan demi kemajuan dan kedewasaan kita dalam berorganisasi. Salam Mahasiswa !



Wallahu’alam bishshawab.
Bandung, 13 Mei 2009